Info

Kamis, 06 Desember 2007

makalah raflesia

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Bunga Raflesia Arnoldi adalah bunga yang ditemukan seorang yang bernama Rafles. Keunikan bunga ini adalah memiliki bunga besar dan indah. Bunga ini juga sering disebut bunga bangkai karena bunga ini memiliki bau yang sangat menyengat seperti bangkai. Bunga ini hanya dapat ditemukan dikebun raya bogor karena bunga ini termasuk bunga langka.

  1. Pembatasan Masalah

Agar pembatasan masalah ini lebih mengarah, maka penulis perlu membatasi masalah yang kami bahas. Adapun masalah yang kami bahas tentang tanaman hias, tepatnya tentang Raflesia Arnoldi, hal ini kami lakukan agar kami tidak melenceng dari judul makalah.

  1. Sistematika

Dalam hal ini kami akan menyebutkan terlebih dahulu garis besar sistematika makalah ini, agar pembaca mengetahui isi makalah ini secara jelas. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. PEMBATASAN MASALAH

C. SISTEMATIKA

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGENALAN TANAMAN BUNGA RAFLESIA ARDOLDI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTKA

BAB II

PENGENALAN TANAMAN BUNGA RAFLESIA ARDOLDI

"Rafflesia Arnoldi", Si Padma Raksasa
BUNGA Rafflesia arnoldi dan Amorphophalus titanum, bunga langka yang bila mekar mengeluarkan bau busuk seperti bau bangkai. Aroma busuk inilah yang menjadi daya tarik bagi lalat untuk hinggap, sekaligus membantu proses penyerbukan. Aroma yang tak sedap ini pula yang menyebabkan keduanya dikenal dengan nama bunga bangkai.

Bunga Rafflesia arnoldi 10 tahun silam dikenal pula dengan nama padma raksasa, sedangkan sebutan bunga bangkai hanya untuk Amorphophalus titanum becc. Dan bunga bangkai koleksi Kebun Raya Bogor (KRB) yang pekan lalu mekar total, kini sudah layu.

Bunga bangkai ini, menurut staf peneliti KRB Yuzammi, bukan merupakan tumbuhan parasit seperti Rafflesia arnoldi, tetapi mempunyai umbi, batang, dan daun sebagaimana layaknya tumbuhan yang lainnya. Yang unik dan langka dari bunga bangkai ini ialah waktu berbunganya yang muncul terkadang hanya sekali dalam dua atau tiga tahun. "Uniknya, tumbuhan ini tidak akan memunculkan daun dan bunga pada waktu bersamaan. Dengan kata lain, bila yang muncul dari umbinya adalah bunga, maka daunnya tidak akan ada. Begitupun sebaliknya kalau yang muncul dari umbinya daun, maka tidak akan pernah kelihatan bunganya," kata Yuzammi.

Gubernur Bengkulu H Hasan Zen dalam Seminar Nasional Puspa Langka Indonesia, Juni, di KRB mengungkapkan, dilihat dari aspek kelangkaan dan keunikan, sebenarnya Rafflesia arnoldi layak ditampilkan sebagai bunga identitas bangsa dan pernah diusulkan sebagai maskot nasional. Namun, karena baunya yang tidak sedap dan menusuk hidung menyebabkan gugurnya bunga ini sebagai nominator bunga nasional.

H Hasan Zen mengungkapkan, dari hasil angket Panitia Pemilihan Puspa Nasional, bunga melati mendapat suara terbanyak, diikuti anggrek bulan dan Rafflesia arnoldi. "Untuk menempatkan citra yang baik, nama bunga bangkai yang telanjur melekat pada flora Rafflesia arnoldi itu, diubah dan dipilihlah nama padma raksasa.

Penetapan tersebut, menurut Gubernur Bengkulu, berdasarkan berbagai tolok ukur, kriteria, tradisi pemakaian, nilai promosi, pembinaan lingkungan, pertimbangan ilmiah, dan alasan lainnya. "Bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Dunia ke-18 pada tanggal 5 Juni 1990, Presiden RI menetapkan padma raksasa sebagai puspa langka," kata Hasan Zen.

Gubernur Bengkulu menyebutkan, meskipun bau bunganya tidak seharum melati, bahkan berbau tidak sedap ataupun tidak seanggun bunga anggrek bulan, tetapi untuk menumbuhkan sikap cinta lingkungan, padma raksasa dipilih sebagai salah satu bunga nasional. Ini merupakan langkah yang tepat.

Ditetapkannya padma raksasa sebagai puspa langka mengandung konsekuensi tidak ringan yaitu usaha pelestariannya harus dilakukan sungguh-sungguh. Tanpa usaha yang keras, dikhawatirkan padma raksasa yang sudah langka tersebut hanya tinggal nama saja

Salah satu dari tiga spesies rafflesia yang dikenal di Taman Nasional, Rafflesia hasselti mempunyai lebih banyak kesamaan dengan jamur daripada kepada bunga-bunga tanaman biasa. Rafflesia bersifat parasit terhadap jenis tumbuhan merambat tertentu (Tetrastigma) dan tinggal di dalam akar tersebut seperti tali.

Bunga berkembang memerlukan beberapa bulan. Untuk jenis hasselti kuncup bunga membesar sampai sebesar 'kol' berwarna merah tua. Bunga itu sendiri tampaknya mekar dalam semalam dan biasanya layu hanya dalam 2 sampai 3 hari. Dan mengeluarkan bau busuk seperti bangkai untuk menarik perhatian lalat sebagai polinator utamanya. Ekologi Raflesia masih merupakan misteri sampai saat ini. Diduga Babi Hutan dan Tupai merupakan agen penyebarluasan bunga ini, melalui bijinya yang sangat kecil.

Raflesia tidak pernah berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.

Rafflesia arnoldi yang sangat terkenal (pertama kali dideskripsikan oleh Sir Stamford Raffles di Bengkulu) juga berada di dalam dan sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat. Jenis ini berukuran sangat besar, kadang-kadang bisa mencapai lebar 1 meter. Meskipun jenis ini berada di dalam kawasan taman nasional, tetapi tempat terbagus untuk melihat adalah di Kabupaten Curup di luar kota Bengkulu. Satu lokasi adalah Desa Kepahyang yang terletak antara Curup dan Kota Bengkulu.

Satu jenis lagi dari Famili Rafflesiacae yang lebih kecil dan lebih gampang dijumpai adalah Rhizanthes zippelli. Bunga ini juga benalu dan sering dijumpai pada lokasi yang sama dengan Raflesia. Jenis ini lebih gampang dilihat apabila berbentuk bunga, karena dalam satu akar terdapat beberapa kuncup. Rhizanthes mengeluarkan bau seperti apel busuk untuk menarik serangga polinatornya.

Masa hidup : Kuncup — 3 bulan++
Bunga (pada puncaknya) — 2-3 days

Ukuran bunga : R. hasselti — hingga 60 cm,
R. arnoldi — hingga 1 meter

Habitat

: Dataran rendah dan hutan perbukitan hingga ketinggian maksimum (yang diketahui) kurang lebih 750 m, biasanya pada hutan lembab yang dekat dengan aliran sungai atau anak sungai yang besar. Sejak penemuannya pada 1995, R. hasselti telah ditemukan di paling sedikit lima lokasi di TNKS. R. arnoldi sejauh ini hanya diketahui hanya ada di wilayah Bengkulu pada Taman Nasional.

Tempat terbaik mengamati : Tandai, Muara Imat dan daerah Bedeng 7 menyediakan jalan masuk terbaik

Ada lebih dari 170 jenis bunga bangkai di seluruh Asia dan Afrika, namun dua jenis yang paling mengagumkan adalah Amorphophallus titanum dan A. gigas. Kedua-duanya endemik Sumatera dan ditemukan di TNKS. Kalau bunga rafflesia diketahui sebagai bunga terbesar di dunia dengan rentang mencapai 1 meter, maka A. titanum sebagai bunga tertinggi, mencapai lebih dari 3 meter. Sesungguhnya A. gigas masih lebih tinggi, dengan bunga menjulang lebih dari 5 meter. Istilah ‘bunga tertinggi’ sebenarnya salah kaprah; bunga itu tidak merupakan bunga tunggal, tetapi perbungaan yang tersusun atas banyak bunga-bunga kecil.

Amorphophallus titanum masih memiliki satu kelebihan lain sebagai pelengkap kemasyhurannya. Untuk menarik serangga seperti kumbang sampah, maka tumbuhan ini mengeluarkan bau amis – seperti bau daging busuk atau telur busuk atau bau ammonia – yang begitu menyengat sehingga bunga tersebut bisa dideteksi dengan penciuman dari jauh sebelum terlihat. Penduduk setempat sering menghancurkan tumbuhan tersebut sebelum berbunga karena takut kalau-kalau mereka dimakannya.

Asal anda mujur sedikit saja, anda bisa melihat bunga bangkai yang sedang berbunga di TNKS . Bunganya biasanya merekah pada awal dan akhir musim hujan. Telah terbukti di Tandai misalnya, bulan terbaik adalah Agustus dan September, sedangkan di Sipurak pada bulan April dan Mei. Bunga itu walaupun munculnya hanya sekali dalam 3-10 tahun, lamanya berbunga hanya 24 jam saja, merekah pada malam hari dan menutup pada sore hari keesokannya. Tidak seperti rafflesia dimana perkembangan kuncupnya bisa dipantau, bunga bangkai tidak memberikan pertanda kalau dia akan berbunga. Dari sejak kemunculannya di atas tanah hingga saat berbunga yang sesungguhnya, memakan waktu kira-kira 2 minggu. Daun yang besar dari titanum (dikenal sebagai tangkai daun) jauh lebih mudah untuk melihatnya. Tingginya bisa mencapai 4 meter dan kelihatannya seperti sebuah payung raksasa.

Masa hidup : Selang antara kemekaran diperkirakan lebih dari 3 tahun.

Berat : Umbi 70 kg atau lebih pada A. titanum tetapi bisa hanya beberapa gram pada spesies amorphophallus yang lebih kecil yang masih belum diketahui jumlahnya di Taman Nasional. Tinggi 'Paku' bunga A. gigas dilaporkan hingga 5 meter. Bunga A. titanum biasanya lebih pendek tetapi lebih besar. Pada tahap sebelum menjadi bunga tingginya hingga 4 meter.

Habitat : Bukit dataran rendah dan hutan perbukitan hingga kurang lebih 900 meter, biasanya pada lereng di mana air bebas mengalir atau di atas sungai dan anak sungai. Sering ditemukan di hutan sekunder dan bahkan di tepi tanah peternakan. Spesies amorphophallus yang lebih kecil sering ditemukan di ketinggian lebih tinggi.

Tempat terbaik mengamati : Tandai/Kubang Gajah, Muara Imat/Daerah Bedeng 7.

Bunga yang pertama kali ditemukan oleh Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles bersama dokter pribadinya yakni Arnoldi itu biasanya tumbuh pada akar khusus tempat sporanya menempel dan lokasinya cukup banyak di kawasan hutan lindung Bukit Daun register.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Selama dalam penyusunan makalah ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan antara lain :

· Raflesia Arnoldi adalah termasuk bunga yang langka

· Raflesia Arnoldi yang ditemukan oleh Rafles

  1. Saran

Dari hasil penyusunan makalah ini, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

    • Tanaman Raflesia harus kita lindungi dan kita jaga agar tidak punah.

0 komentar: